Dalam setiap pekerjaan proyek
kita tidak bisa menghindari yang namanya konflik, baik itu yang bersifat
internal ataupun eksternal. Faktor konflik ini jika tidak dikelola dengan baik,
akan menyebabkan suatu pekerjaan yang seharusnya dapat selesai dengan cepat
menjadi terkendala dan tidak akan selesai. Atau dapat diselesaikan dengan cara
menghilangkan konflik tersebut secara paksa.
Pengertian Konflik menurut Robbins,
Konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak
lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara
negatif pihak lain.
Menurut Alabaness, Pengertian
Konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih
merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri
usaha pencapaian tujuan pihak lain.
Faktor penyebab konflik menurut Smith,
Mazzarella dan Piele antara lain :
- Masalah komunikasi merupakan salah satu faktor penyebab konflik, yang bisa terjadi pada masing-masing atau gabungan dari unsur-unsur komunikasi, yaitu sumber komunikasi, pesan, penerima pesan dan saluran.
- Struktur organisasi merupakan salah satu faktor penyebab konflik, yang secara potensial dapat memunculkan konflik. Pada setiap departemen atau fungsi dalam organisasi mempunyai kepentingan, tujuan dan programnya sendiri-sendiri yang seringkali berbeda dengan yang lain.
- Faktor manusia merupakan salah satu faktor penyebab konflik, sifat manusia satu dengan yang lain berbeda dan juga unik. Hal ini yang berpotensi memunculkan konflik.
Namun apabila konflik tersebut
kita kelola dengan baik, tentu akan memberikan manfaat yang jauh lebih baik
seperti :
- Dapat menghasilkan ide yang baru
- Akan memacu orang untuk mencari dan menemukan pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah.
- Memunculkan masalah lama ke permukaan dan kesepakatan baru tentang masalah tersebut.
- Memacu orang untuk menyelesaikan pandangannya.
- Menyebabkan tekanan yang menstimulasi perhatian dan kreativitas.
- Memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menguji kapasitas kemampuannya.
Salah satu potensi konflik yang
timbul dari permasalahan lama adalah rencana dari PT. Lapindo Brantas untuk
kembali melakukan pengeboran sumur gas baru dilahan seluas sekitar 1 ha yang
jaraknya 2,5 KM dari lokasi luapan lumpur Lapindo.
Tentu warga sekitar daerah
tersebut yang masih trauma dengan kejadian tahun 2006 menyatakan penolakannya
terhadap rencana PT. Lapindo untuk melakukan pengeboran sumur gas di daerah
tersebut. Namun adapula yang pro dengan adanya kegiatan tersebut, karena
pendekatan persuasive yang dilakukan oleh PT. Lapindo kepada warga sekitarnya
dengan kegiatan CSR, seperti bagi-bagi sembako, dan sumbangan kepada warga
sekitar.
SKK Migas yang
mengeluarkan izin telah menyatakan bahwa pengeboran yang baru ini relatif aman
karena kedalaman sumur hanya 1000 M, tidak seperti di lokasi yang lama yang
kedalamannya sampai 1500 – 2500 M. Sehingga jauh dari zona lumpur.
Kepala humas Lapindo Brantas,
Arief Setya Widodo, mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan tahap
pengurukan atau drill site preparation (DSP), sebelum nantinya pada awal Maret
2016 akan dilakukan aktivitas pengeboran.
Menurut Arief, proyek pengeboran
ini -yang sudah mendapatkan izin dari SKK Migas dan pemerintah Kabupaten
Sidoarjo- hanya perluasan lahan dari sumur-sumur yang sudah ada sejak tahun
2001.
"Sejak tahun 2012 kami telah
melewati proses kajian geologis, serta pada tahun 2014 sudah mendapat izin
Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dari Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Sidoarjo", kata Arief kepada wartawan di Surabaya,
Ronny.
Arief mengaku proyek pengeboran
ini masih terbentur "kendala sosial" yaitu adanya penolakan sebagian
warga desa Banjarasri yang wilayahnya menjadi akses ke lokasi.
Staf pengajar teknik geologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Agus Hendratno agar Lapindo tidak
melakukan kesalahan kedua kalinya yang mengakibatkan timbulnya bencana lumpur
sembilan tahun silam.
"Yang mengedepankan
pengetahuan teknis, akurasi dan juga berharap dengan nurani," kata Agus
Hendratno kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (07/01) sore.
Dia mengharapkan pula agar
Lapindo Brantas dan pemerintah dapat belajar dari bencana tersebut.
"Kalau keledai saja pernah
jatuh dan tidak mau jatuh lagi, jangan sampai kita jatuh kedua kalinya.
Pengusaha dan pemerintah harus berada di track yang bagus," kata Agus.
Tentang masih adanya penolakan
sebagian warga Desa Kedungbanteng dan Desa Banjar Asri terhadap rencana
pengeboran sumur baru tersebut, Agus meminta Lapindo dan pemerintah setempat
melibatkan mereka.
"Masyarakat harus diberi
keyakinan dan ada jaminan apa seandainya terjadinya teknologi error
(kesalahan)," katanya.
No comments:
Post a Comment